Islam, Hak Publik dan Kesenjangan Sosial

DMI.OR.ID, JAKARTA – Kesenjangan sosial di Indonesia masih sangat tinggi antara kelompok masyarakat yang fakir dan miskin dengan kelompok masyarakat yang kaya dan mampu. Akibatnya, keadilan sosial belum dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia, melainkan untuk orang per orang saja.

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, menyatakan hal itu saat menyampaikan sambutan dalam acara Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU pada Ahad (14/6) siang di Masjid Istiqlal, Jakarta. Munas NU ini mengambil tema Memelihara Tradisi Rohani, Menjaga Keutuhan Negeri.

“Lebih dari 15 abad yang lalu, Rasulullah Muhammad SAW telah berpesan kepada ummatnya agar tiga jenis sumber daya alam harus sepenuhnya dimiliki oleh rakyat serta dikelola oleh pemerintah, tidak boleh dimiliki dan dikelola oleh individu atau korporasi swasta. Ketiga sumber daya alam itu yakni air, energi dan hutan,” tutur Kiai Said.

Menurutnya, Kesenjangan sosial semakin meningkat akhir-akhir ini karena ketiga jenis sumber daya alam itu telah dimiliki dan dikelola oleh individu dan korporasi swasta, bahkan ada yang dikelola oleh korporasi swasta asing “Dampaknya ialah kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi di Indonesia tidak terwujud,” tegasnya.

Untuk memperbaiki kondisi ini, lanjutnya, pemerintah perlu meningkatkan kohesivitas sosial, nilai-nilai etika, moral dan keagamaan di masyarakat, termasuk revitalisasi pendidikan pesantren dan madrasah, sebagai modal dasar untuk menata kembali pembangunan politik dan ekonomi di Indonesia.

“Saat ini, NU terus berupaya memberdayakan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan ummat guna mememinimalkan kesenjangan sosial sealigus menghindari ketegangan dan konflik sosial antar kelompok masyarakat. Pemerintah, lanjutnya, juga harus serius menangani kemiskinan di Indonesia demi membangun ketertiban sosial dan menurunkan tingkat kriminalitas di masyarakat,” ungkapnya.

Dalam kegiatan ini, lebih dari 25 ribu jama’ah Nahdlatul Ulama (NU) memenuhi masjid Istiqlal untuk bersama-sama mengikuti istighotsah akbar, dzikir bersama, sholawat badar, mahallul qiyam dan sholat Dzuhur berjamaah.

Qari’ internasional, KH. Muammar ZA, juga memimpin jama’ah untuk bersama-sama melantunkan sholawat badar dengan penuh khidmat dan khusyuk. Hal yang unik, lantunan sholawat Badar itu menggunakan langgam Sunda di beberapa bagian.

Sholatullah, Salamullah, Ala Toha, Rasulillah, Sholatullah, Salamullah, Alaa Yasin, Habibillah, Tawassalna, Bibismillah, Wabil Haadi, Rosulillah, Wakul Limudja, Hidiilillah, bi Ahlil Badri, Ya Allah,” ucap KH. Muammar ZA dengan penuh khidmat, khusyuk dan tenang.

Adapun istighotsah dan sholawat berjama’ah dipimpin oleh Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN), Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Para jama’ah pun sangat bersemangat dan khusyuk mengikuti istighotsah ini.

Hadir pula Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, yang menyampaikan amanatnya di depan para jama’ah. Adapun ketua panitia ialah H. Nusron Wahid, S.S, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Anshor sekaligus Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNPTKI).

Hadir pula Rais Syuriah PBNU, KH. Drs. Masdar Farid Mas’udi, MA, yang juga Wakil Ketua Umum (Waketum) Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI), serta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Drs. H. Rudiantara, MBA, yang juga Ketua Departemen Kominfo, Hubungan Antar Lembaga (Hubla) dan Hubungan Luar Negeri (Hublu) PP DMI.

Beberapa menteri juga hadir seperti Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora),  H. Imam Nahrawi, S.Ag, Menteri Agama, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (menteri PAN dan RB), Dr. Yuddy Chrisnandi.

Turut hadir Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI), Jenderal Polisi Drs. Badrodin Haiti, dan Wakil Gubernur (Wagub) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Drs. H. Djarot Saiful Hidayat, M.Si, serta mantan ibu negara RI, Nyai Hj. Shinta Nuriyah Wahid, M.Hum, dan mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Dr. H. Alwi Abdurrahman Shihab, MA, Ph.D.

Para alim u’lama, habaib, muballigh, dan da’i yang mengikuti Munas Alim Ulama NU pun turut hadir dalam acara pembukaan ini seperti Rais Syuriah PBNU, KH. Ahmad Ishomuddin, M.Ag dan KH. Mas Subadar. Hadir juga Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. KH. Machasin, MA,

Khatib Syuriah Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur (Jatim), KH. Syafruddin, Rais Syuriah PBNU, KH Saifuddin Amtsir, MA dan Prof. Dr. H. Artani Hasbi, juga turut hadir. Adapun dari jajaran katib Syuriah PBNU, hadir KH. Yahya Cholil Staquf, KH Mujib Qolyubi, M.Hum, dan KH. Musthofa Aqil.

Para u’lama juga hadir seperti Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Ma’ruf Amin, yang juga Mustasyar PBNU, serta KH Ghazalie Masroeri, dan KH Abdullah Syarwani.

Adapun dari jajaran tanfidziah PBNU turut hadir Ketua PBNU, Prof. Dr. H. Maksum Mahfudz, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Dr. KH. Marsyudi Syuhud, Bendahara PBNU, H. Bina Suhendra, serta Wakil Sekjen PBNU, H. Imdadun Rahmat, MA, yang juga Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM).

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :