Kiai Said Aqil Siradj, Ketua Umum Tanfidziyah PBNU

DMI.OR.ID, JOMBANG – Para muktamirin yang terdiri dari Rais A’am Syuriah dan Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) telah memilih dan mengangkat Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, sebagai Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar (PB) NU periode 2015-2020 pada Kamis (6/8) dini hari.

Pria yang akrab disapa Kang Said itu akan melanjutkan kepemimpinannya untuk periode kedua di PBNU, setelah dipilih dengan jumlah 287 suara oleh para muktamirin dalam Muktamar ke-33 NU di alun-alun Jombang, Jombang, Jawa Timur, pada Kamis (6/8) dini hari.

Jumlah para muktamirin yang mengusulkan Kang Said sebagai bakal calon Ketua Umum Tanfidziyah PBNU jauh lebih banyak dibandingkan dua bakal calon lainnya, yakni Dr. KH. As’ad Said Ali dan Dr. KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah).

Sebelumnya, Kiai As’ad menjabat Wakil Ketua Umum (Waketum) Tanfidziyah PBNU, sedangkan Gus Sholah menjadi pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Proses  pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU ini hanya berlangsung satu putaran karena bakal calon lainnya, Kiai As’ad, langsung menyatakan dukungan kepada Kang Said dan tidak bermaksud untuk melanjutkan ke tahapan kedua (tahapan pencalonan), meskipun meraih 101 suara.

Dalam prosedur pencalonan ketua umum tanfidziyah PBNU, seorang bakal calon berhak menuju tahapan selanjutnya (pencalonan) jika memperoleh minimal 99 suara. Dengan persyaratan ini, yang berhak menuju tahapan pencalonan hanya dua bakal calon, yakni Kiai Said dan Kiai As’ad, karena calon lainnya, Gus Sholah, hanya memperoleh 10 suara.

Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID (langsung dari Jombang), proses pemilihan ini berlangsung sangat dinamis, para muktamirin sangat antusias mengikuti proses penghitungan surat suara. Sebagian muktamirin menyerukan dukungan mereka dengan suara lantang, bahkan ada yang ditulis di dalam surat suara.

“Saya mendukung sepenuhnya kepemimpinan Kiai Said di PBNU dalam periode kedua ini. Selama lima tahun ini, kami bersama-sama di tanfidziyah PBNU. Saya ini lebih kurang pengalaman, kurang pandai, kurang alim, dan kurang ilmu dibandingkan dengan Kiai Said. Selamat untuk beliau,” tutur Kiai As’ad dengan tetap tenang, Kamis (6/8) dini hari.

Kata-kata Kiai As’ad ini segera disambut para muktamirin dengan tepuk tangan meriah dan sebagian melantunkan sholawat kepada Rasulullah SAW. Ketua Sidang pleno Muktamar ke-33 ini, Prof. Dr. H. Ahmad Muzakki, lalu mengambil sikap untuk segera membatalkan putaran kedua.

Sidang pleno juga menetapkan Kiai Said sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU periode 2015-2020 dengan persetujuan seluruh muktamirin yang hadir. Namun ternyata kejutan-kejutan lainnya masih terus berlangsung.

Ketua panitia daerah Muktamar ke-33 NU, Drs. H. Syaifullah Yusuf, mengumumkan Rais A’am Syuriah terpilih, DR. KH. Ahmad Musthofa Bishri (Gus Mus), ternyata tetap menolak pencalonan dirinya melalui surat tertulis yang disampaikan kepada panitia muktamar.

“Tadi ada surat dari Rais A’am Syuriah terpilih, Gus Mus, kepada panitia muktamar yang isinya tetap menolak pencalonan dirinya sebagai Rais A’am Syuriah PBNU. Maka sesuai dengan keputusan Ahlul Halli Wal Aqdi, Wakil Rais A’am Syuriah terpilih, Drs. KH. Ma’ruf Amin, akan menjadi Rais A’am Syuriah PBNU periode 2015-2020,” papar Syaifullah.

Pengumuman ini disambut dengan keheningan sesaat oleh para muktamirin, namun kemudian muktamirin bersama-sama dengan panitia, peninjau dan rekan-rekan media bersama-sama membaca Surat Al-Fatihah.

Saat itu Ketua Umum Tanfidziyah PBNU terpilih, Kiai Said, langsung memberikan sambutannya, lalu diikuti konferensi pers di arena muktamar. Hal serupa dilakukan Rais A’am Syuriah terpilih, Drs. KH. Makruf Amin.

“Dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya, maka muktamar ke-33 NU di Jombang telah berakhir dengan selamat, tenteram, khidmat dan Insya Allah bermanfaat bagi bangsa Indonesia,” tuurnya.

Kiai Said pun mengucapkan terima kasih kepada panitia penyelenggara dari pusat hingga daerah. Terimakasih sebesar-besarnya untuk pengasuh empat pesantren di Jombang (Al-Ma’arif Al-Arba’ah), yakni Pondok Pesantren (Ponpes) Denanyar, Rejoso, Tambak Beras, dan Tebu Ireng.

“Terima kasih kepada KH. As’ad said ali yang telah rela menerima muktamar ini, padahal beliau berhak dua putaran. Dengan kebesaran jiwa dan kelapangan dada, beliau rela mengakhiri putaran suara tanpa bermaksud mengurangi hak-haknya. Banyak yang telah diperbuat selama lima tahun ini, yang belum berhasil juga ada,” paparnya.

Adapun Rais Syuriah PBNU, Drs. KH. Makruf Amin, menyatakan rasa syukurnya kehadirat Allah SWT bahwa muktamar ke-33 NU telah berakhir pada Kamis (6/8) dini hari dengan hasil yang baik.

“Malam ini indah sekali, malam yang diberkati Allah. Setelah berhari-hari, akhirnya kita menyelesaikan tugas berat ini dengan penuh kesabaran, perhatian dan penuh persaudaraan, seperti sifat NU yang penuh damai, toleransi, dan semangat ukhuwah nahdliyah kita,” tuturnya.

Akhirnya, lanjutnya, apa yang kita inginkan dapat tercapai pada malam ini. Alhamdulilah, tsumma Alhamdulilah. “Kami berjanji akan membentuk pengurus yang mencerminkan keinginan para muktamirin, Insya Allah,” tegasnya.

Kiai Ma’ruf pun berjanji akan melakukan konsolidasi dan menguatkan organisasi NU dari pusat hingga ke daerah. “Kami akan berusaha agar tidak ada lembaga di lingkungan NU, dari pusat ke daerah, yang tidak bergerak,” paparnya.

“Adapun tugas-tugas berat oleh berbagai komisi, yang tadi siang dilaporkan, harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal yang diperlukan adalah dukungan kita semua, dukungan seluruh elemen NU di berbagai jajaran, di semua sektor. Siap? Amin,” jelasnya.

Sebelumnya, sejumlah 359 muktamirin yang juga Rais A’am Syuriah Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Cabang (PC) NU masing-masing telah memilih sembilan orang AHWA.  Dari pilihan itu, terdapat 115 nama yang telah diusulkan Rais A’am PWNU dan PCNU.

Ketua sidang pleno Muktamar ke-33 NU, Prof. Dr. H. Ahmad Muzakki, menyatakan hal itu di depan ratusan muktamirin, panitia, peninjau, dan rekan-rekan media yang hadir saat ia memimpin sidang pleno Muktamar NU pada Rabu (5/8) siang di alun-alun Jombang.

“Dari 115 nama usulan anggota AHWA, setelah diberi peringkat, terdapat sembilan nama yang muncul dengan peringkat tertinggi, yakni Drs. KH. Ma’ruf Amin (Jakarta) dengan 333 usulan, KH. Nawawi Abdul Djalil (Pasuruan) dengan 302 usulan, dan Tuan Guru Haji (TGH) Lalu Muhammad Turmudzi Badaruddin dengan 298 usulan,” tutur Muzakki pada Rabu (5/8) siang.

Enam nama lainnya, lanjut Muzakki, ialah KH. Kholilur Rahman dengan 273 usulan, KH. Dimyati Rois dengan 236 usulan, KH Syaikh Ali Akbar Mardud, dengan 186 usulan, KH. Maftuh Hannan dengan 162 usulan, KH. Maimun Zubair dengan 152 usulan dan KH. Mas Subadar dengan 135 usulan.

Muktamar NU ke-33 mengambil tema : Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia dan berlangsung sejak Sabtu (1/8) hingga Kamis (5/8) di alun-alun Jombang, Jombang, Jawa Timur.

Dalam muktamar yang dibuka oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo ini, hadir beberapa Pengurus Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) seperti Wakil Ketua Umum PP DMI, Drs. KH. Masdar Farid Mas’udi, M.Si, dan Sekretaris PP DMI, Dr. H. Ivan Haryanto.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

 

 

 

Bagikan ke :