Peduli Kesehatan Publik, Prima Talk Series 2 Digelar

Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah menyelenggarakan Diskusi Publik dan Prima Talk Series 2 pada Kamis (25/4/2019) di Kampus UI Salemba, Jakarta.

Kegiatan ini bekejasama dengan Centre for Social Securities Studies (CSSS), Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dan Program Pascasarjana (PPs) Kajian Ilmu Kepolisian (KIK) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI)

Acara ini mengangkat tema Negara dan Tanggung Jawab Keadilan Sosial: Penguatan Implementasi Kesehatan melalui Masjid.Turut hadir Ketua PPs KIK-SKSG UI, Abdul Muta’ali, M.A., M.I.P., Ph.D., sebagai Keynote Speaker.

Hadir pula empat orang pembicara, yakni Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) PRIMA DMI, Ahmad Arafat Aminullah, S.T., Direktur Eksekutif CSSS, Agung Prihatna, S.Sos., M.Kessos., Dosen PPs KIK – SKSG UI, Dr. Mulyadi, S.Sos., M.Si., dan Kepala Hubungan Kemasyarakatan (Humas) BPJS Kesehatan Kantor Pusat, Muhammad Iqbal Anas Ma’ruf, S.Si., Apt.

Adapun moderator dalam acara ini ialah Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., yang juga Deputi Direktur Bidang Kajian dan Kerja Sama Muslim Youth Forum on International Issues (MYFII).

Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID., sejumlah pokok masalah dibahas dalam seminar ini, antara lain kebiasaan merokok di Indonesia yang jumlahnya besar, kasus gizi buruk atau stunting di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan, dan penyakit musiman demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegepty.

Pokok masalah lainnya yang dibahas ialah kerja sama strategis antara BPJS Kesehatan dan DMI dalam membentuk kader-kader penggerak hidup bersih dan sehat berbasis masjid.

Dibahas pula masalah kebijakan publik pemerintah terhadap tanggung jawab kesehatan masyarakat. Antara lain Kartu Indonesia Sehat (KIS) dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-KIS, dan penerapan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).

Masalah lainnya ialah perbandingan antara tanggung jawab kesehatan di Indonesia dengan negara-negara welfare state atau negara kesejahteraan lainnya. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 87 persen penduduk Muslim.Jadi pengurus masjid memiliki peran penting dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat lahir dan batin.

Indonesia juga menjadi pemilik masjid dan musholla terbanyak di dunia, dengan lebih dari 800 ribu bangunan. Para Imam, khatib, da’i, dan marbot masjid pun harus hidup sehat agar dapat membina keimanan dan ketakwaan masyarakat Muslim Indonesia dengan baik dan benar.

Men sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Mustahil Indonesia menjadi negara kuat jika mayoritas rakyatnya sering mengalami penyakit menular dan berbahaya. Allah SWT lebih mencintai Muslim yang kuat dan sehat daripada Muslim yang lemah dan sakit.

Dalam paparan materinya, Ketua Umum PP PRIMA DMI, Ahmad Arafat Aminullah, menyatakan bahwa porsi negara terkait perhatian dan alokasi anggaran di bidang pelayanan kesehatan masih sangat rendah.

“Dibandingkan dengan alokasi negara-negara lainnya di bidang kesehatan, terlihat porsi negara untuk mengalokasikan anggaran dan perhatian di bidang pelayanan kesehatan (health care) masih sangat rendah,” tutur Arafat.

Indikatornya, lanjut Arafat, ialah ketimpangan antara proporsi fiskal, cakupan jumlah peserta BPJS Kesehatan, serta tren alokasi pembiayaan negara di bidang kesehatan.

Menurutnya, alokasi pembiayaan negara di bidang kesehatan berkisar di angka 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Apalagi angka pembiayaan kesehatan (health expenditure) per kapita di Indonesia  masih sangat rendah, yakni di kisaran 100 US$ per Kapita.

“Angka pembiayaan kesehatan di Indonesia, sekitar 100 US$ per Kapita, jauh tertinggal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Perancis, dan negara-negara jiran seperti Malaysia, dan Filipina,” paparnya.

Apalagi angka harapan hidup di Indonesia, ungkapnya, relatif masih cukup rendah dan tertinggal dari negata-negara lain seperti Jepang, Swiss, Perancis, Israel, dan Australia yang menduduki 5 posisi teratas berdasarkan data yang disajikan.

“Maknanya, walaupun populasi bangsa Indonesia tergolong besar, tingkat rentang masa hidupnya masih rendah,” imbuhnya.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :