Presiden Jokowi: IMF-World Bank-ADB Gagal Selesaikan Permasalahan Ekonomi Dunia

Presiden Jokowi : IMF-World Bank-ADB Gagal Selesaikan Permasalahan Ekonomi Dunia

DMINEWS, JAKARTA – Tiga Lembaga keuangan internasional telah gagal menyelesaikan persoalan ekonomi dunia. Ketiga lembaga itu adalah World Bank (Bank Dunia), International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB). Presiden Republik Indonesia (RI), Ir. H. Joko Widodo (Jokowi), menyatakan hal itu dalam Asian African Summit (AAS) pada Rabu (22/4) di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta.

AAS merupakan bagian dari Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan mengambil tema: Strengthening South-South Cooperation to Promote World Peace and Prosperity (Memperkuat Kerja Sama Selatan-Selatan untuk Mempromosikan Perdamaian dan Kemakmuran Dunia).

“Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global,” tegas Presiden Jokowi pada Rabu (22/4).

Menurutnya, pandangan yang menyatakan persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang.

Saat ini, lanjutnya, dunia membutuhkan pimpinan global yang kolektif dan Indonesia siap mewujudkan cita-cita itu melalui kerja sama dengan berbagai pihak.

“Sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit, sebagai negara berpenduduk muslim di muka bumi, dan sebagai negara demokrasi ketiga di dunia, Indonesia siap memainkan peran global,” papar Presiden.

Indonesia, paparnya, siap bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan cita-cita itu. “Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita itu,” paparnya.

Pertama adalah kesejahteraan. Kita (bangsa-bangsa Asia dan Afriksa), tuturnya, harus mempererat kerjasama guna menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja.

Kedua, ujarnya, adalah solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas. Indonesia akan bekerja menjadi negara maritim.

Ketiga, lanjutnya, adalah stabilitas internal dan eksternal bagi hak-hak asasi manusia. “Kita harus tanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama untuk mengatasi atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS,” ungkapnya.

Dalam perhelatan AAS ini hadir sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan, antara lain Perdana Menteri (PM) Rwanda, Rt. Hon. Anastase Murekezi, PM Nepal, Rt. Hon. Mr. Sushil Koirala dan Raja Yordania, His Majesty Raja Abdullah II bin Al Husein, serta PM Palestina, H.E. Dr. Rami Hamdallah.

Hadir pula PM Singapura, H.E. Lee Hsien Long, Presiden Vietnam, H.E. Mr. Truong Tan Sang, Presiden Dewan Perwakilan Libya, H. E. Mr. Akila Saleh Elisa, Raja Swaziland, His Majesty King Mswati III, PM. Mesir, H.E. Ir. Ibrahim Mehlab, dan PM. Jepang, H.E. Shinzo Abe, serta PM. kerajaan Thailand, H.E. Jenderal Prayut Chan-O-Cha.

Adapun tujuh presiden lainnya yang hadir ialah Presiden Sierra Leone, H.E. Dr. Ernest Bai Koroma, Presiden Iran, H.E. Dr. Hassan Rouhani, Presiden Myanmar, H.E. U Thein Sein, Presiden Timor Leste, Taur Matan Ruak, Presiden Madagaskar, H.E. Hery Rajaonarimampianina dan Presiden Zimbabwe, H.E. Robert Gabriel Mugabe.

 

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :