Tantangan IORA: Pemberdayaan Perempuan, Kemiskinan, dan Teknologi Digital

DMI.OR.ID, JAKARTA – Beberapa persoalan penting dan strategis yang dialami oleh anggota Asosiasi Negara-Negara Lingkar Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/ IORA) menjadi fokus perhatian Kepala Negara Republik Indonesia (RI), Yang Mulia Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, saat memberikan sambutan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IORA 2017.

Beberapa masalah itu ialah pemberdayaan perempuan, tingkat kemiskinan, pencemaran lingkungan hidup, dan dampak teknologi informasi. Semua tantangan global ini menyebabkan nasionalisme yang dimiliki oleh setiap negara harus bisa hidup berdampingan dengan internasionalisme, sebagai akibat dari perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

Adapun KTT (Summit) IORA 2017 ini diselenggarakan pada Selasa (7/3) pagi di Jakarta Convention Centre (JCC), Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Dalam sambutannya, Presiden Joko menjelaskan tentang revolusi teknologi dan revolusi politik yang saat ini saling bertabrakan dan menjadi unsur dominan dalam revolusi global yang sedang terjadi. Peristiwa ini menandai lahirnya era baru kebangkitan negara-negara di lingkar Samudera Hindia dalam berbagai bidang.

“Semakin terasa bahwa dunia sekarang berada di tengah-tengah sebuah revolusi global. Pertama, sebuah revolusi teknologi yang tanpa belas kasihan dalam melakukan penetrasi dan momentumnya. Kedua, sebuah revolusi politik yang berpotensi menandai permulaan sebuah era populisme,” tutur Presiden Joko Widodo

Saat kedua revolusi ini menyatu, lanjutnya, itu seperti dua cairan yang eksplosif, yang mengalir bertabrakan. “Kalau di zaman kuno, kita pernah bicara mengenai ‘Wajah yang meluncurkan seribu kapal,’ maka sekarang kita bicara mengenai ‘Tweet yang meluncurkan seribu Likes’,” paparnya.

Menurutnya, komunitas IORA sangat unik karena mempunyai tapak yang raksasa dengan berbagai macam problematika kehidupan manusia di dalamnya. “IORA merupakan sebuah kawasan yang kaya, tapi dengan banyak kantong-kantong kemiskinan. Sebuah kawasan yang kaya dengan tradisi, tapi harus kita akui, memerlukan modernisasi di banyak aspek,” paparnya.

Beberapa tahun ini, ucapnya, IORA telah memfasilitasi banyak prakarsa-prakarsa penting di berbagai bidang. Tahun lalu (2016), di pulau Firdaus kita, Bali, menteri-menteri luar negeri IORA telah menerbitkan “Deklarasi Kesetaraan Wanita dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan”.

Presiden Joko pun mengingatkan pepatah lama tentang peran penting dan strategis perempuan dalam berbagai aspek kehidupan ini. “Kita harus ingat pepatah yang saya kira amat benar, yaitu: ‘behind every great man, there is a great woman’. Artinya, ‘Di belakang setiap orana.g hebat, ada seorang wanita yang hebat’,” ungkapnya.

Menurutnya, salah satu cara yang paling gampang dan paling murah untuk menggenjot ekonomi ialah dengan memberdayakan perempuannya. “Pengalaman di seluruh dunia menunjukkan hal itu. Apalagi kawasan Samudera Hindia sedang berkembang menjadi salah satu poros kunci dalam perhelatan dunia,” paparnya.

“IORA telah memfasiltasi banyak kerja sama di bidang kemaritiman yang ditandai tahun 2015 lalu dengan menerbitkan “Deklarasi Kerja Sama Maritim IORA” di Kota Padang, Indonesia. IORA juga memfasilitasi banyak kemajuan secara konkrit di bidang penanggulangan bencana,” imbuhnya.

Selama ratusan tahun, jelasnya, Samudera Atlantik telah mendominasi perhelatan dunia. Namun dalam 30 tahun terakhir, dengan berkembangnya negara-negara Asia Timur, banyak pihak yang menyatakan saat inilah abadnya Samudera Pasifik, The Pacific Century.

“Namun kami percaya, saat ini Samudera Hindia di ambang suatu keperkasaan dengan perkembangan masyarakat yang besar dan ekonomi-ekonomi yang semakin berperan di Afrika Timur, di Timur Tengah, dan Asia Selatan, di Asia Tenggara, dan Australia,” tegasnya.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :