Ulama dan Ekonomi Ummat (1)

DMI.OR.ID, CIREBON – Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang berlangsung sejak Ahad (24/7) hingga Senin (25/7) di Pondok Pesantren Khas Kempek, Palimanan, Kabupaten Cirebon, mengangkat tema Meneguhkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga.

Permasalahan ekonomi yang masih dialami sebagian besar ummat Islam di Indonesia, khususnya warga Nahdliyin, menjadi fokus perhatian dalam rapat Pleno PBNU ini. Sejumlah tokoh nasional juga diundang sebagai narasumber, yakni pakar ekonomi kelautan, Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS., dan pengusaha sukses, Prof. Dr (H.C). H. Chairul Tanjung.

Berdasarkan pantauan DMI.OR.ID, rapat pleno ini dibuka secara langsung oleh Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., pada Senin (25/7), lalu dilanjutkan dengan pidato iftitah (pengantar) Rais Aam Syuriyah PBNU, DR. KH. Ma’ruf Amin, yang dibacakan oleh Wakil Rais Aam PBNU, KH. Miftahul Akhyar.

Dalam sambutannya, Kiai Said menegaskan pentingnya pembangunan ekonomi kerakyatan bagi bangsa Indonesia, khususnya warga Nahdliyin, untuk membangun kekuatan rakyat dari sisi ekonomi, budaya, politik, dan sosial.

“Sejak dahulu, ekonomi kerakyatan telah dikembangkan oleh kiai-kiai kecil (kampung) di desa-desa, sebagai bentuk pembangunan karakter, integritas, dan kepribadian bangsa. Ekonomi kerakyatan berperan penting untuk membangun kekuatan rakyat dari sisi ekonomi, budaya, politik, dn sosial,” tutur Kiai Said pada Ahad (24/7).

Kiai Said pun mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 9 tentang kewajiban setiap keluarga Muslim untuk mempersiapkan keturunan dan keluarganya dalam kondisi yang kuat dan mampu dalam berbagai bidang.

“Jangan meninggalkan keturunan yang lemah. Allah SWT tidak meridhai, Rasulullah SAW juga tidak suka itu. Itu sebabnya kami sedang memperjuangkan anggaran pendidikan untuk pesantren dari total alokasi anggaran APBN sebesar Rp 210 triliun di bidang pendidikan,” papar Kiai Said.

Kiai Said juga memaparkan masih sulitnya akses perbankan bagi warga Nahdliyin yang tinggal di desa-desa dan derah terpencil di Indonesia. “Banyak warga NU yang mengajukan pinjaman, tetapi sulit memperolehya dari perbankan,” ungkapnya.

Dalam acara ini, turut hadir Wakil Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. Ir. KH. Mochammad Maksum Machfoedz, M.Sc., sejumlah Ketua PBNU seperti Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA., Dr. Drs. H. Ahmad Hanief Saha Ghafur, M.Si., dan Dr. KH. Marsudi Syuhud.

Hadir pula Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Dr. (Hc). Helmy Faishal Zaini, S.T., M.Si., Wakil Sekjen (Wasekjen) PBNU, Drs. H. Masduki Baidowi, M.Pd., dan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU, Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.I.P., yang juga Menteri Sosial RI, serta Khatib Aam Syuriyah PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf.

Dalam sesi tanya jawab dengan para peserta, terlihat A’wan Syuriah PBNU, Drs. Tuanku Bagindo (Buya) H. Muhammad Letter, bertanya beberapa kali dan langsung dijawab oleh para narasumber.

Dalam kegiatan ini, PBNU juga menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Turut hadir Ketua KPK, Ir. H Agus Rahardjo, M.S.M. yang langsung menandatangani MoU itu dengan Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siradj.

 Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bagikan ke :