Wapres Kalla: Pelaku Teror Bukan Orang Islam Yang Benar

DMI.OR.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), DR. H. Muhammad Jusuf Kalla, menegaskan bahwa pelaku kekerasan dan tindakan teror terhadap dua anggota Kepolisian RI (POLRI) bukanlah Muslim yang benar dan taat dalam beragama. Apalagi penikaman itu dilakukan pelaku usai mengikuti Sholat Isya Berjama’ah di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan (Jaksel).

“Dia sama-sama salat, tiba-tiba dia tikam. Kalau dia Islam, betul, masak orang ditikam? Jadi bukan Islam yang benar, begitu,” tutur Wapres Kalla pada Selasa (4/7) di Kantor Wapres RI, Jakarta Pusat, saat diwawancarai para wartawan, seperti dikutip dari laman https://news.detik.com/.

Wapres Jusuf Kalla yang juga Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini menanggapi aksi terorisme berupa penikaman terhadap dua orang anggota POLRI dengan pisau komando di bagian leher dan wajahnya.

Kedua anggota Polri itu ialah Ajun Komisaris Polisi (AKP) Dede Suhatmi, anggota Resimen 1 Gegana Kepolisian Daerah (Polda) Metroolitan (Metro) Jakarta Raya (Jaya), dan Brigadir Polisi Satu (Briptu) Muhammad Syaiful Bakhtiar, anggota Resimen 3 Pelopor Polda Metro Jaya.

Menurutnya, penyerangan terhadap POLRI sangat mungkin dilakukan oleh para teroris sebagai aksi balasan terhadap Polri, khususnya Detasemen Khusus (Densus) Anti Teror 88 yang hingga kini terus memerang terorisme di Indonesia.

“Mungkin saja karena faktor itu. Karena polisi yang ngerti, maka dia membalas ke polisi karena yang nangkap-nangkapi polisi,” papar Wapres Kalla.

Sementara itu, hingga saat ini telah banyak warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Suriah. JK menyebut pemerintah telah melakukan upaya deradikalisasi terhadap mereka.

Terkait banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang dideportasi oleh Pemerintah Suriah, Wapres Kalla pun menanggapinya dengan program deradikalisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Ya kan pertama, bagaimana mereka, kembali ke masyarakat dan mempunyai pekerjaan. Dari situ barulah berpikir, karena ini kan mereka sudah dicuci otak. Nah, (kita) cuci kembali,” ucapnya.

Penulis: Muhammad Iibrahim Hamdani

Bagikan ke :